Friday, August 7, 2009

terbanglah sang merak kayangan

(dedikasi buat almarhum WS Rendra)

sampai sudah waktumu
wahai sang merak kayangan

dalam perjalanan terakhir
merentas kala waktu yang lohong menuju daerah pasti,
ada bulu-bulu pelepah
dengan warna-warna indah
gugur dan tetap mahu memberi
nyawa dengan warna
kepada ruang kami yang muram.

kata-kata terlekap dibibir
getar suaramu yang dulu khabarnya masih
berdengung.
pelacur-pelacur di sana juga akan mengingatimu;
kerana sejak perkenalan itu
mereka juga jatuh cinta dengan kecantikan
susun merdu bicara yang lewat waktu itu
walau mereka sedang berjalan dengan kangkang yang berdarah dan pedih
cukup menggetarkan.

kamu sedar, kekerasan masih lagi di sini
himpitan masih melemaskan ruang muram itu.
sekali-sekala dulu, kami mampu terbangun melihat kepak dan punggungmu meremang
menandakan yang semangat tak akan pernah kalah dan runtuh
melihatkan penindasan tak sama dengan maut; tak akan mampu dipertahan lama
dan keadilan – walau remeh – tetap menjadi suatu hal yang meruntun harapan tegar

kini, kalau kami mampu mendengar lagi jeritmu, ceritakanlah bagaimana perjalanan kamu itu. Kami rindu mendengar pekikanmu yang manja dan tetap garau mengejutkan orang senang yang sedang bergelumang dalam mimpi syahdu di atas sengsara orang-orang seperti kami.

biar mereka tahu, kami masih punya inspirasi
untuk terus hidup dan bernafas dengan rasa yakin
walaupun dari alam yang berlainan daripadamu, sang merak di kayangan, di sini seperti yang diketauhi, tidak semuanya indah

kibaskan juga sayap-sayap tuamu itu nanti
agar ditempat ini, kepanasan dapat reda dan dingin kembali mengulit
kuak dinding-dinding yang semakin meremuk rusuk kami agar pada suatu hari
kami juga akan dapat bernafas seperti mereka.
ludahi siswa-siswa itu dengan air liur wangi dari atas langit tempat kamu berehat,
biar mereka tidak kuncup-kuncup jiwanya ditekan dan dipertolol

aah, mereka mana tahu apa yang kita rasa
hati yang remuk mana pernah diubat
kekuatan ini adalah dari kata-katamu
yang melirih lembut dari paruh yang tajam

malam nanti, waktu tidur, pinjamkan matamu.
hamparan itu perlu diperhalus dan pandangan yang ada tak cukup kuat.
kami tak nampak dicelah mana orang lara kebulur.
pertanyaan ini; dipenjara mana mereka sekarang? - turut menghambat ruang dan waktu ketika ini.
rasuah masih berselindung dibalik daun sireh
kekerasan datang dengan topeng muluk
penindasan entah dari mana meminjam senyum sumbing
cakap-cakap dari mulut manis tetapi berbisa
membawa bersama malapetaka.

semua ini akan terus berteman di sisi kami.
tetapi, dalam ingatan yang pernah kamu ciptakan dulu
ada nostalgia yang membakar
membuatkan kami tak akan pernah lupa
warna-warna indah pada tubuh dan huruf-huruf
perkataan itu.


7 ogos 2009
kuala lumpur
malaysia

2 comments:

Raja Syahrul Helmi said...

Kawan, nanti daripada dadamu
Sebatang pokok akan tumbuh, lalu
Di bawah pokok itu ramai yang akan berteduh.
Tidak ada kematian yang sia – sia kerana
Semua kematian melahirkan harapan baru,
Dan dalam penentangan, ia bukanlah penutup
Tapi adalah permulaan… RIP.

Anonymous said...

Your blog keeps getting better and better! Your older articles are not as good as newer ones you have a lot more creativity and originality now keep it up!