oh-sang kekaseh
menjelang malam kini
tetapi kau masih tak hadir
dipelukkan mata
Detak jarum saat dibelakang
akan terhenti dilarut malam
bila waktunya kau akan berhias?
dan mengiringi aku dengan derap
tumit yang akan hilang
sebentar nanti...
dian ditepi jendela siapa yang nyala?
makin panjang makin mahu malap
takkan kah kau menghembus aku?
disaat dini terbebas...
28 ogos 2009
pantai dalam
Friday, August 28, 2009
Friday, August 7, 2009
terbanglah sang merak kayangan
(dedikasi buat almarhum WS Rendra)
sampai sudah waktumu
wahai sang merak kayangan
dalam perjalanan terakhir
merentas kala waktu yang lohong menuju daerah pasti,
ada bulu-bulu pelepah
dengan warna-warna indah
gugur dan tetap mahu memberi
nyawa dengan warna
kepada ruang kami yang muram.
kata-kata terlekap dibibir
getar suaramu yang dulu khabarnya masih
berdengung.
pelacur-pelacur di sana juga akan mengingatimu;
kerana sejak perkenalan itu
mereka juga jatuh cinta dengan kecantikan
susun merdu bicara yang lewat waktu itu
walau mereka sedang berjalan dengan kangkang yang berdarah dan pedih
cukup menggetarkan.
kamu sedar, kekerasan masih lagi di sini
himpitan masih melemaskan ruang muram itu.
sekali-sekala dulu, kami mampu terbangun melihat kepak dan punggungmu meremang
menandakan yang semangat tak akan pernah kalah dan runtuh
melihatkan penindasan tak sama dengan maut; tak akan mampu dipertahan lama
dan keadilan – walau remeh – tetap menjadi suatu hal yang meruntun harapan tegar
kini, kalau kami mampu mendengar lagi jeritmu, ceritakanlah bagaimana perjalanan kamu itu. Kami rindu mendengar pekikanmu yang manja dan tetap garau mengejutkan orang senang yang sedang bergelumang dalam mimpi syahdu di atas sengsara orang-orang seperti kami.
biar mereka tahu, kami masih punya inspirasi
untuk terus hidup dan bernafas dengan rasa yakin
walaupun dari alam yang berlainan daripadamu, sang merak di kayangan, di sini seperti yang diketauhi, tidak semuanya indah
kibaskan juga sayap-sayap tuamu itu nanti
agar ditempat ini, kepanasan dapat reda dan dingin kembali mengulit
kuak dinding-dinding yang semakin meremuk rusuk kami agar pada suatu hari
kami juga akan dapat bernafas seperti mereka.
ludahi siswa-siswa itu dengan air liur wangi dari atas langit tempat kamu berehat,
biar mereka tidak kuncup-kuncup jiwanya ditekan dan dipertolol
aah, mereka mana tahu apa yang kita rasa
hati yang remuk mana pernah diubat
kekuatan ini adalah dari kata-katamu
yang melirih lembut dari paruh yang tajam
malam nanti, waktu tidur, pinjamkan matamu.
hamparan itu perlu diperhalus dan pandangan yang ada tak cukup kuat.
kami tak nampak dicelah mana orang lara kebulur.
pertanyaan ini; dipenjara mana mereka sekarang? - turut menghambat ruang dan waktu ketika ini.
rasuah masih berselindung dibalik daun sireh
kekerasan datang dengan topeng muluk
penindasan entah dari mana meminjam senyum sumbing
cakap-cakap dari mulut manis tetapi berbisa
membawa bersama malapetaka.
semua ini akan terus berteman di sisi kami.
tetapi, dalam ingatan yang pernah kamu ciptakan dulu
ada nostalgia yang membakar
membuatkan kami tak akan pernah lupa
warna-warna indah pada tubuh dan huruf-huruf
perkataan itu.
7 ogos 2009
kuala lumpur
malaysia
sampai sudah waktumu
wahai sang merak kayangan
dalam perjalanan terakhir
merentas kala waktu yang lohong menuju daerah pasti,
ada bulu-bulu pelepah
dengan warna-warna indah
gugur dan tetap mahu memberi
nyawa dengan warna
kepada ruang kami yang muram.
kata-kata terlekap dibibir
getar suaramu yang dulu khabarnya masih
berdengung.
pelacur-pelacur di sana juga akan mengingatimu;
kerana sejak perkenalan itu
mereka juga jatuh cinta dengan kecantikan
susun merdu bicara yang lewat waktu itu
walau mereka sedang berjalan dengan kangkang yang berdarah dan pedih
cukup menggetarkan.
kamu sedar, kekerasan masih lagi di sini
himpitan masih melemaskan ruang muram itu.
sekali-sekala dulu, kami mampu terbangun melihat kepak dan punggungmu meremang
menandakan yang semangat tak akan pernah kalah dan runtuh
melihatkan penindasan tak sama dengan maut; tak akan mampu dipertahan lama
dan keadilan – walau remeh – tetap menjadi suatu hal yang meruntun harapan tegar
kini, kalau kami mampu mendengar lagi jeritmu, ceritakanlah bagaimana perjalanan kamu itu. Kami rindu mendengar pekikanmu yang manja dan tetap garau mengejutkan orang senang yang sedang bergelumang dalam mimpi syahdu di atas sengsara orang-orang seperti kami.
biar mereka tahu, kami masih punya inspirasi
untuk terus hidup dan bernafas dengan rasa yakin
walaupun dari alam yang berlainan daripadamu, sang merak di kayangan, di sini seperti yang diketauhi, tidak semuanya indah
kibaskan juga sayap-sayap tuamu itu nanti
agar ditempat ini, kepanasan dapat reda dan dingin kembali mengulit
kuak dinding-dinding yang semakin meremuk rusuk kami agar pada suatu hari
kami juga akan dapat bernafas seperti mereka.
ludahi siswa-siswa itu dengan air liur wangi dari atas langit tempat kamu berehat,
biar mereka tidak kuncup-kuncup jiwanya ditekan dan dipertolol
aah, mereka mana tahu apa yang kita rasa
hati yang remuk mana pernah diubat
kekuatan ini adalah dari kata-katamu
yang melirih lembut dari paruh yang tajam
malam nanti, waktu tidur, pinjamkan matamu.
hamparan itu perlu diperhalus dan pandangan yang ada tak cukup kuat.
kami tak nampak dicelah mana orang lara kebulur.
pertanyaan ini; dipenjara mana mereka sekarang? - turut menghambat ruang dan waktu ketika ini.
rasuah masih berselindung dibalik daun sireh
kekerasan datang dengan topeng muluk
penindasan entah dari mana meminjam senyum sumbing
cakap-cakap dari mulut manis tetapi berbisa
membawa bersama malapetaka.
semua ini akan terus berteman di sisi kami.
tetapi, dalam ingatan yang pernah kamu ciptakan dulu
ada nostalgia yang membakar
membuatkan kami tak akan pernah lupa
warna-warna indah pada tubuh dan huruf-huruf
perkataan itu.
7 ogos 2009
kuala lumpur
malaysia
Tuesday, August 4, 2009
melepasi sejuk
Aku belum menyentuh salji
ketika
kau tiba; rindu.
Merejang malam di pekan kecil Whangarei,
orang mencari syaitan.
mata telanjang menonton iblis menari.
malaikat samar-samar merentas tanpa lagu dan terus hilang.
cuma,
ada perkataan tak sengaja tersembur kedengaran.
Iblis terlepas cakap tetapi malang buat dirinya sendiri;
ketakutan tak tiba
hanya kesejukan perayau malam yang ditunggu
untuk dirasa dari balik cermin tanpa pemanas
dan nanti bersetubuh dengan angin malam yang rakus
Aku belum bersedia
untuk membiarkan roma menegak
hanya kerana kau disebelahku
tanpa anak mata
melingkar dari bawah sarung
Menyelinap mencabul kewarasan
dan keiinginan untuk bersendiri
pergi jauh-jauh
di bawah kotak tv ini tak ada
saudaramu yang tertinggal.
Dinginku adalah rohmu yang terlepas dan hinggap menemani malamku
dibucu katil. Sebelum tubuhku menggeletar.
5 jun 2009
Whangarei,NZ-Kuala Lumpur
ketika
kau tiba; rindu.
Merejang malam di pekan kecil Whangarei,
orang mencari syaitan.
mata telanjang menonton iblis menari.
malaikat samar-samar merentas tanpa lagu dan terus hilang.
cuma,
ada perkataan tak sengaja tersembur kedengaran.
Iblis terlepas cakap tetapi malang buat dirinya sendiri;
ketakutan tak tiba
hanya kesejukan perayau malam yang ditunggu
untuk dirasa dari balik cermin tanpa pemanas
dan nanti bersetubuh dengan angin malam yang rakus
Aku belum bersedia
untuk membiarkan roma menegak
hanya kerana kau disebelahku
tanpa anak mata
melingkar dari bawah sarung
Menyelinap mencabul kewarasan
dan keiinginan untuk bersendiri
pergi jauh-jauh
di bawah kotak tv ini tak ada
saudaramu yang tertinggal.
Dinginku adalah rohmu yang terlepas dan hinggap menemani malamku
dibucu katil. Sebelum tubuhku menggeletar.
5 jun 2009
Whangarei,NZ-Kuala Lumpur
Subscribe to:
Posts (Atom)