(prosa untuk mata)
Matamu belum terkatup penuh ketika jasadmu meledak. Jika kerlingan itu mampu berbicara lagi, rohmu pasti tersangkut pada nyawa mereka yang sedang mendepanimu waktu itu; tersorok-sorok dibelakang bahu orang di depan dan pura-pura menutup mata agar tak melihat dirimu. Sesudah itu, mereka memang akan tersenyum, tetapi tetap dengan ketakutan. Ketika mereka benar-benar mahu menutup mata nanti - untuk tidur atau untuk mati - wajahmu akan tergantung dikelopak mata mereka, membiarkan mereka terus-terusan meracau. Mungkin sampai jadi gila. Dihambat dan berlari, melihat matamu menjegil sentiasa.
- Hafiz Hamzah, 2 Disember 2009.
No comments:
Post a Comment